Jam menunjukan 13.15, saya baru saja selesai mengerjakan ujian studium generale. Sebelum mulai ujian memang diberitahukan bahwa setelah ujian akan diadakan presentasi oleh seorang dosen yang baru pulang berkarir di Jepang, Mr.Eka Firmansyah.
Tak lama seseorang dengan sosok tinggi tegap dan mata sayu bergerak ke depan kelas. Ya, beliau adalah Mr.Eka Firmansyah. Pembawaannya yang tenang namun humoris membuat saya antusias mengikuti presentasi beliau, Yang tanpa persetujuan beliau saya simpulkan sendiri berjudul “Merantau”.
Berikut Review saya untuk acara hari itu.
“Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman,
Tinggalkanlah negerimu dan merantaulah ke negeri orang,
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan,
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang.”
Tulisan itu terpampang dihadapan saya diawal presentasi beliau, bahkan sebelum saya tau apa yang ingin disampaikannya.
Kemudian beliau berujar? Berapa orang disini yang bukan asli jogja? Hampir 60% isi kelas itu mengacungkan tangan, beliau pun bertepuk tangan.
“Ya anda adalah calon orang berhasil, ciri-ciri orang berhasil adalah berani keluar dari “comfort zone”, keluarlah anda dari daerah anda, agar hidup anda lebih berarti, eksplorlah kemampuan anda. Sedari TK sampai kuliah saya dijogja, mungkin jalan yang selama 18 tahun saya lalui selama melalui pendidikan dapat saya lewati dengan menutup mata, saking hapalnya.
“Saya begitu terinspirasi dengan kata-kata diatas” sembari menunjuk papan. “Tidak pernah rasanya terpikir meninggalkan kota Yogyakarta ini, tapi akhirnya saya memberanikan diri, sekarang sudah hampir 5 negera yang telah saya kunjungi. Keluar lah adek-adek, begitu anda keluar anda akan menjadi orang yang bersyukur. Saat kembali tidak akan lagi anda mengerutu panasnya jogja ketika anda pernah merasakan rindu ditengah dinginnya Jepang yang bersuhu kurang dari 0°, jangan khawatir akan keluarga maupun kawan-kawanmu, karena percayalah anda akan mendapatkan penggantinya”
Berturut-turut beliau menampilkan kalimat-kalimat berikut,
“Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan,Beliau menyadurnya dari sebuah novel, sang pengarang novel A. Fuadi menceritakan bahwa kata mutiara ini diajarkan kepada siswa tahun ke-4 di PP Gontor dalam novelnya “Negeri Lima Menara”.
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak kan keruh menggenang.”
“Singa jika tak tinggalkan sarang tidak akan mendapatkan mangsa,
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran.”
“Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang,
Kayu gaharu tak ubahnya kayu biasa jika di dalam hutan.”
[Imam Syafi'i]
Saya pun terlena dalam pikiran saya sendiri, terbayang pula perjuangan meneruskan pendidikan yang membawa saya ke nagari ngayogyakarta ini, isak tangis yang mengiring kepergian saya, sampai melewati banyak hari raya sendirian yang biasanya saya lalui dengan canda tawa bersama keluarga dan sahabat.
Hm, tapi memang Tuhan maha adil, Ia memberikan kekuatan untuk umatnya, terlebih bagi yang menuntut ilmu dan meminta keridhoannya, dikuatkanlah saya dengan sahabat-sahabat baru yang menemani saya disini, dan berbagai pengalaman yang membuat saya menyadari bahwa masih banyak yang harus saya lakukan, masih banyak yang harus digali dari diri saya sendiri. Untuk itu saya tidak boleh pulang dulu sebelum menyelesaikannya.
Presentasi Mr.Eka sudah hampir selesai, sebelum menutup pembicaraanya beliau berpesan, “The spirit of prihatin! Belajar lah hidup prihatin, karena saya percaya anda akan mencapai tingkat yang lebih tinggi saat berhasil melampaui tingkatan yang sekarang”
Hmm, senyum saya merekah mengiringi usainya presentasi dari Mr.Eka Firmansyah, hari itu saya meniatkan untuk diri saya sendiri, saya akan belajar keluar negeri suatu saat nanti, entah bagaimana saya pasti bisa, dan saya tidak akan pulang sebelum menemukan apa yang saya inginkan.






0 komentar:
Posting Komentar